Tugas Sejarah
Soal dan Pembahasan Latihan Sejarah Indonesia
1. Pembukaan lahan yang dilakukan nenek moyang kita dengan penebangan pohon sebenarnya termasuk kearifan lokal yang perlu yg dijadikan pelajaran bagaimana
pendapat dan sikap kamu tentang pernyataan tersebut? Bagaimana pula pendapat kamu tentang aktivitas pebukaan lahan dengan membakar hutan seperti yang dilalukan sekarang ini?
Pembukaan lahan yang dilakukan dengan penebangan pohon memang perlu dilakukan, sebab diperlukan lahan datar dan terbuka agar bisa menanamtanaman pokok seperti padi.
Aktivitas pebukaan lahan dengan membakar hutan sangat berbahaya karena kebakaran hutan dapat meluas dang menghasilkan kabut asap yang berbahaya bagi kesehatam karena itu aktivitas ini harus dihentikan. Pembukaan lahan tidak harua dilakukan dengan pembakaran hutan.
2. Buatlah analisis tentang hubungan antara pada tempat tinggal dengan bercocock tanam?
Manusia purba baru bisa tinggal dengan menetap setelah mengenal sistem bercocok tanam. Sebab dengan ini mereka bisa memperoleh sumber makanan yang tetap, tanpa harus berpindah-pindah mengeikuti hewan buruan. Sebelum mengenal sistem bercocok tanam manusia purba harus hidup secara nomaden atau berpindah pindah, sesuai dengan mata pencahariannya yang berburu.3. Coba kamu indentifikasi alat alat bercocok tanam pada periode tersebut!berikan nama nama alat, fungsi dan gambar?
Kampak Lonjong |
Kapak lonjong adalah batuan yang ditajamkan pada satu sisinya dan diasah halus pada sisi samping. Kapak lonjong digunakan dengan diikatkan pada kayu dan dihunakan untuk menebang pohon untuk
membersihkan lahan yang akan ditanam. Kapak lonjong juga bisa untuk memotong tanaman.
Beliuk |
Gerabah |
Gerabah adalah alat penyimpanan dari tanah liat yang dibakar, dan digunakan untuk menyimpan makanan hasil panen agar bisa digunakan untuk waktu berikutnya.
4. Mengapa manusia purba ini banyak yg tinggal di tepi sungai?
Karena di tepi sungai tersedia sumber air bersihserta banyak hewan sungai yang dapat menjadi sumber bahan makanan, seperti ikan, atau kepiting. Di sungai juga terdapat hewan yang datang ke sungai untuk minup dan hewan ini dapat diburu untuk dimakan oleh manusia purba.
5. Jelaskan pola kehidupan nomaden manusia purba?
Kehidupan nomaden adalah kehidupan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Manusia purba hidup nomaden karena mereka saat itu belum bisa bercock tanam dan berternak, sehingga mereka harus berburu hewan liar atau mengumpulkan buah-buahan hutan. Mereka harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain sesuai dengan pergerakan hewan buruan.
6. Manusia purba juga memasuki fase bertempat tinggal sementara ,misalnya di gua, mengapa demikian?
Manusia purba tinggal semwntara karena mengikuti hewan buruan atau musim buah. Mereka memilih gua karena gua memberikan perlindungan terhadap cuaca, hewan buas atau bahkan kelompok manusia purba lain.7. Apa kira-kira alasan bagi manusia purba memilih tinggal di tepi pantai?
Manusia purba memilih tinggal di tepi pantai karena pantai memiliki banyak hewan air dan pesisir senagai sumber bahan makanan. Manusia purba tinggal di pantai dan berburu binatang ini. Sisa hewan yang dimakan manusia purba selama puluhan ribu tahun membentuk gundukan atau bukut yang disebut dengan kjokkenmoddinger atau midden.8. Jelaskan kaitan antara manusia yang sudah bertempat tinggal tetap adanya sistem kepercayaan?
Manusia yang bertempat tinggal tetap akan memiliki sistem kepercayaan yang lebih kompleks. Mereka mulai meninggalkan kepercayaan terhadap alam seperti animinsme dan dinamisme, serta mulai menganut kepercyaan politheism dan monotheisme.Mereka juga mulai membangun tempat beribadah yang kompleks, seperti kuil dan punden berundak.
9. Adakah hubungan antara sistem kepercayaan masyarakat dengan pola mata pencarian? Jelaskan?
Ada. Sistem kepercayaan biasanya berhubungan dengan pola mata pencharian. Masyarakat tradisional mempercayai kekuatan atau dewa atau roh yang dianggap dapat membantu mata pencarian mereka.Misalnya adalah kepercayaan akan Dewi Sri, yang berkuasa atas padi dan dipercaya dapat membantu pertanian. Kepercayaan terhadap Dewei Sri dapat ditemui di masyarakat agraris di Jawa (Suku Sunda dan Suku Jawa) dan di Bali (Suku Bali).
Komentar
Posting Komentar